- Home >
- Jagat Raya >
- Terdapat Banyak Planet Intan di Jagat Raya
Posted by : Unknown
2013-03-03
Satu penelitian berhasil menyimpulkan bahwa sejumlah bintang di Galaksi Bima Sakti menjadi pusat orbit planet-planet terestrial raksasa yang mengandung hingga 50 persen intan. Meski planet-planet itu kemungkinan ada, dipastikan tak akan ditemui kehidupan seperti di Bumi.
Penemuan ini dihasilkan dari eksperiman laboratorium di Universitas Ohio di mana para peneliti merekayasa suhu dan tekanan pada mantel Bumi untuk meneliti bagaimana intan terbentuk.
Tujuan utamanya adalah memahami apa yang terjadi pada karbon dalam planet-planet di sistem tata surya lain dan apakah sistem tata surya yang kaya karbon itu bisa menghadirkan planet-planet yang sebagian besar berunsur intan.
Wendy Panero, profesor Ilmu Bumi pada Universitas Ohio dan mahasiswa program doktoral Cayman Unterborn, menggunakan apa yang mereka pelajari dari eksperimen untuk mengkonstruksikan model komputer dari mineral-mineral yang terbentuk di planet-planet berkarbon lebih banyak dibandingkan Bumi.
"Hasilnya adalah planet-planet yang massanya 15 kali massa planet Bumi, kemungkinan setengahnya terbuat dari intan," kata Unterborn.
"Hasil penelitian kami ini sungguh mengejutkan, karena menunjukkan planet-planet kaya karbon itu terbentuk bersama kerak dan mantel planet, seperti terjadi pada Bumi," imbuh Panero. "Kendati begitu, inti planet tampaknya amat kaya karbon --kebanyakan seperti baja-- dan mantel planet bisa juga didominasi oleh karbon yang kebanyakan terdiri dari intan."
Bagian terbesar dari inti planet Bumi sendiri terdiri dari besi, sedangkan mantelnya banyak terdiri dari mineral berbasis silika, hasil dari elemen-elemen dalam awan debu yang terbentuk dalam sistem tata surya kita.
Planet-planet yang terbentuk dalam sistem tata surya kaya karbon itu akan merunut rumus kimia berbeda-beda yang berdampak langsung pada kemungkinan adanya kehidupan.Energi panas (geotermal) yang dihasilkan inti Bumi membuat planet kita bisa didiami kehidupan.
Intan memang penghantar panas yang tinggi, namun inti planet superkarbon itu juga bisa dengan cepat membeku. Artinya di planet-planet ini tak ada energi panas (geotermal), tak ada lempeng tektonik, dan akhirnya tak ada medan magnet atau atmosfer. "Kami perkirakan sebuah planet intan adalah tempat yang sangat dingin dan gelap," kata Panero.
Panero dan mantan mahasiswanya Jason Kabbes memusatkan perhatian pada sampel kecil besi, karbon dan oksigen untuk menghasilkan tekanan 65 gigapascal dan suhu 2.400 Kelvin (setara dengan 9,5 juta pound per inci persegi dan 3.800 derajat Fahrenheit yang mirip dengan kondisi bagian dalam Bumi).
Ketika semua itu diamati lewat mikroskop, maka oksigen diikat besi untuk menghasilkan oksida besi --sejenis karat-- dan meninggalkan kantong-kantong karbon murni yang lalu menjadi intan.
Berdasarkan data hasil tes itu, para peneliti menciptakan pemodelan via komputer bagian dalam Bumi, dan memverifikasi apa yang para geologis telah lama duga bahwa lapisan kaya intan mungkin ada di mantel terdalam Bumi, tepat di atas inti Bumi.
Hasil itu bukan hal yang mengejutkan. Namun ketika para peneliti memodelisasi apa yang akan terjadi ketika hasil penelitian ini diterapkan pada komposisi sebuah planet superkarbon, para peneliti mendapati kesimpulkan bahwa planet itu bisa saja sangat besar di mana besi dan karbon bergabung membentuk semacam baja karbon di inti planet, dan berlimpah karbon murni dalam mantel guna membentuk intan.
Para peneliti mendiskusikan implikasi-implikasi hasil penelitian ini terhadap ilmu keplanetan. "Hingga kini, lebih dari lima ratus planet telah ditemukan di luar sistem tata surya kita, tapi tetap saja kita hanya mengetahui sedikit tenang susunan bagian dalam planet-planet itu," kata Unterborn yang calon astronom ini.
"Kami tengah mengamati serentan apa unsur-unsur seperti hidrogen dan karbon berinteraksi dalam Bumi, karena ketika unsur-unsur ini terikat dengan oksigen, maka Anda mendapatkan atmosfer, anda mendapatkan samudera, anda mendapatkan kehidupan," kata Panero. "Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengkompilasi serangkaian kondisi yang penting bagi satu samudera untuk membentuk satu planet."
Mekanisme ini bertolak belakang dengan penemuan terakhir dari satu tim peneliti lainnya yang menemukan sesuatu yang disebut "planet intan" yang sebenarnya sisa dari sebuah bintang mati dalam satu sistem tata surya.
Penelitian Universitas Ohio memperlihatkan bahwa planet-planet intan terestrial sejati bisa terbentuk di galaksi kita. Berapa banyak persisnya ada di luar sana dan kemungkinan komposisi internalnya masih menjadi bahan perdebatan yang salah satunya hendak dipecahkan astronom Jennifer Johnson dari Universitas Ohio.
Penemuan ini dihasilkan dari eksperiman laboratorium di Universitas Ohio di mana para peneliti merekayasa suhu dan tekanan pada mantel Bumi untuk meneliti bagaimana intan terbentuk.
Tujuan utamanya adalah memahami apa yang terjadi pada karbon dalam planet-planet di sistem tata surya lain dan apakah sistem tata surya yang kaya karbon itu bisa menghadirkan planet-planet yang sebagian besar berunsur intan.
Wendy Panero, profesor Ilmu Bumi pada Universitas Ohio dan mahasiswa program doktoral Cayman Unterborn, menggunakan apa yang mereka pelajari dari eksperimen untuk mengkonstruksikan model komputer dari mineral-mineral yang terbentuk di planet-planet berkarbon lebih banyak dibandingkan Bumi.
"Hasilnya adalah planet-planet yang massanya 15 kali massa planet Bumi, kemungkinan setengahnya terbuat dari intan," kata Unterborn.
"Hasil penelitian kami ini sungguh mengejutkan, karena menunjukkan planet-planet kaya karbon itu terbentuk bersama kerak dan mantel planet, seperti terjadi pada Bumi," imbuh Panero. "Kendati begitu, inti planet tampaknya amat kaya karbon --kebanyakan seperti baja-- dan mantel planet bisa juga didominasi oleh karbon yang kebanyakan terdiri dari intan."
Bagian terbesar dari inti planet Bumi sendiri terdiri dari besi, sedangkan mantelnya banyak terdiri dari mineral berbasis silika, hasil dari elemen-elemen dalam awan debu yang terbentuk dalam sistem tata surya kita.
Planet-planet yang terbentuk dalam sistem tata surya kaya karbon itu akan merunut rumus kimia berbeda-beda yang berdampak langsung pada kemungkinan adanya kehidupan.Energi panas (geotermal) yang dihasilkan inti Bumi membuat planet kita bisa didiami kehidupan.
Intan memang penghantar panas yang tinggi, namun inti planet superkarbon itu juga bisa dengan cepat membeku. Artinya di planet-planet ini tak ada energi panas (geotermal), tak ada lempeng tektonik, dan akhirnya tak ada medan magnet atau atmosfer. "Kami perkirakan sebuah planet intan adalah tempat yang sangat dingin dan gelap," kata Panero.
Panero dan mantan mahasiswanya Jason Kabbes memusatkan perhatian pada sampel kecil besi, karbon dan oksigen untuk menghasilkan tekanan 65 gigapascal dan suhu 2.400 Kelvin (setara dengan 9,5 juta pound per inci persegi dan 3.800 derajat Fahrenheit yang mirip dengan kondisi bagian dalam Bumi).
Ketika semua itu diamati lewat mikroskop, maka oksigen diikat besi untuk menghasilkan oksida besi --sejenis karat-- dan meninggalkan kantong-kantong karbon murni yang lalu menjadi intan.
Berdasarkan data hasil tes itu, para peneliti menciptakan pemodelan via komputer bagian dalam Bumi, dan memverifikasi apa yang para geologis telah lama duga bahwa lapisan kaya intan mungkin ada di mantel terdalam Bumi, tepat di atas inti Bumi.
Hasil itu bukan hal yang mengejutkan. Namun ketika para peneliti memodelisasi apa yang akan terjadi ketika hasil penelitian ini diterapkan pada komposisi sebuah planet superkarbon, para peneliti mendapati kesimpulkan bahwa planet itu bisa saja sangat besar di mana besi dan karbon bergabung membentuk semacam baja karbon di inti planet, dan berlimpah karbon murni dalam mantel guna membentuk intan.
Para peneliti mendiskusikan implikasi-implikasi hasil penelitian ini terhadap ilmu keplanetan. "Hingga kini, lebih dari lima ratus planet telah ditemukan di luar sistem tata surya kita, tapi tetap saja kita hanya mengetahui sedikit tenang susunan bagian dalam planet-planet itu," kata Unterborn yang calon astronom ini.
"Kami tengah mengamati serentan apa unsur-unsur seperti hidrogen dan karbon berinteraksi dalam Bumi, karena ketika unsur-unsur ini terikat dengan oksigen, maka Anda mendapatkan atmosfer, anda mendapatkan samudera, anda mendapatkan kehidupan," kata Panero. "Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengkompilasi serangkaian kondisi yang penting bagi satu samudera untuk membentuk satu planet."
Mekanisme ini bertolak belakang dengan penemuan terakhir dari satu tim peneliti lainnya yang menemukan sesuatu yang disebut "planet intan" yang sebenarnya sisa dari sebuah bintang mati dalam satu sistem tata surya.
Penelitian Universitas Ohio memperlihatkan bahwa planet-planet intan terestrial sejati bisa terbentuk di galaksi kita. Berapa banyak persisnya ada di luar sana dan kemungkinan komposisi internalnya masih menjadi bahan perdebatan yang salah satunya hendak dipecahkan astronom Jennifer Johnson dari Universitas Ohio.